Banyak pelajar atau mahasiswa Indonesia yang ingin menuntut ilmu ke luar negeri, tidak tahu persis apa yang seharusnya disiapkan. Ada sejumlah hal yang kiranya perlu mendapat perhatian serius, terutama kesehatan.
Persiapan bahasa, tentu menjadi salah satu syarat utama. Begitu pula keuangan dan mentalitas. Mentalitas ikut menjadi peran penting karena kebanyakan mereka yang belajar di luar negeri hanya akan menghadapi dua kemungkinan, sukses atau gagal. Kesuksesan atau kegagalan amat ditentukan mahasiswa sendiri. Adakah di luar negeri mahasiswa benar-benar belajar atau hanya foya-foya.
Selain berbagai faktor itu, masalah kesehatan perlu mendapat perhatian serius. Bahkan, melihat seriusnya persyaratan kesehatan bagi calon pelajar dan mahasiswa yang akan belajar ke luar negeri, sejumlah negara memberi syarat amat ketat.
Syarat itu ialah agar calon yang akan menempuh pendidikan di negerinya harus disertai surat keterangan kesehatan. Surat keterangan kesehatan ini harus dikeluarkan oleh lembaga kesehatan atau rumah sakit yang dipercaya dan diharapkan memiliki reputasi yang baik.
Maka, selain membekali mental dan material, orangtua selayaknya selalu mengingatkan anak-anaknya yang belajar di luar negeri agar menjaga kesehatan. Ini penting mengingat biaya pengobatan di luar negeri amat mahal, apalagi jika pelajar atau mahasiswa tidak memiliki asuransi kesehatan.
Pesankan kepada anak-anak, "Jangan Sakit. Biaya pengobatan di luar negeri amat sangat mahal, dan tidak ada jamu. Bagi yang mendapat beasiswa tetapi tidak termasuk asuransi, sebaiknya yang bersangkutan mendaftarkan diri pada asuransi kesehatan di kampus masing-masing," ujar Anita L Sutandyo dari Anindo Dutabhuana.
Atas keadaan itu, tidaklah mengherankan bila sejumlah negara mensyaratkan agar pelajar atau mahasiswa memiliki asuransi, suatu hal yang kurang populer di Indonesia. Bahkan, ada sejumlah negara yang memberlakukan persyaratan kesehatan secara sangat ketat, terutama bila mereka akan tinggal lama di negara bersangkutan. Misalnya, orang itu harus membawa hasil rontgen paru-paru yang dibuat sekitar satu bulan sebelum berangkat. Ini dimaksudkan untuk melihat apakah yang bersangkutan menderita TBC atau tidak. Ada juga negara yang meminta agar pelajar atau mahasiswa menyertakan keterangan telah melakukan vaksinasi untuk penyakit-penyakit tertentu. Meski demikian, tetap saja kemungkinan bagi seseorang untuk jatuh sakit amat terbuka lebar.
Tidak ter-"cover"
Meski sudah memiliki asuransi kesehatan, pelajar atau mahasiswa tetap harus hati-hati. Mengapa? Asuransi kesehatan pada beberapa negara ternyata tidak meng-cover penyakit yang sudah diderita pelajar atau mahasiswa sebelum mereka datang ke negara itu. Mengenai hal ini bisa muncul perdebatan panjang yang menghabiskan energi.
Karena itu, nasihat yang paling sering muncul dari orangtua kepada anak-anaknya yang belajar di luar negeri, minumlah selalu vitamin secara teratur agar tidak jatuh sakit.
Nasihat lain yang tak kalah penting, sering-seringlah menyikat gigi. Pada sejumlah negara ada yang mensyaratkan agar pelajar dan mahasiswa yang akan belajar di negerinya memeriksakan gigi lebih dulu. Maklum, biaya untuk pengobatan sakit gigi amat mahal. Mahalnya biaya pengobatan gigi lebih disebabkan dokter gigi dituntut bekerja ekstra hati-hati dan teliti agar tak melahirkan gugatan di pengadilan karena dianggap melakukan malapraktik, salah penanganan, atau keliru bertindak saat memeriksa gigi pasien.