Welcome To Club Bec

Waktu Anda

Tuesday, July 29, 2008

Tanya Kenapa Pria Selingkuh?



Memang selalu ada kilah yang bisa dimanfaatkan pria untuk menjelaskan perselingkuhan mereka. Di antaranya dengan mengutip penjelasan psikiatris Dr. Raj Persuad dari Australia. Katanya, pria berselingkuh tidak untuk menikmati seks yang lebih menggebu-gebu dengan wanita yang lebih muda, lebih langsing, dan lebih aduhai. Percaya?


Dikatakan oleh dokter yang buka praktik terapi dan konsultasi perkawinan itu, pria berselingkuh tidak semata untuk seks. Sebuah survei di majalah Playboy mendapati, tidak ada kaitan antara kualitas seks dalam perkawinan dengan setia-tidaknya seorang pria.

Bahkan, menurut riset yang lain dan ditunjang oleh pengalaman praktiknya sendiri, alasan sesungguhnya mengapa pria menyeleweng adalah kurangnya keintiman emosi dan merasa kurang dicinta atau kurang memiliki rasa gembira.

Ditambahkan pula, menurut riset, ada empat wilayah pada benak pria yang sangat mungkin disalahmengerti oleh wanita sehingga, tanpa disadari, akan menempatkan perkawinan mereka dalam risiko. Sebagaimana diutarakan dalam GoodMedicine, keempat wilayah itu adalah:





1. Stres Berat
Pria berselingkuh bukanlah karena oversex, tetapi overstress. Begitu kata Dr. Persuad. Maksudnya, bila wanita bertemu teman wanitanya saat dalam keadaan stres, teman wanitanya akan merasakannya dan berusaha menghiburnya, mencoba membantu menghilangkan kecemasannya, tanpa diminta. Dan upaya-upaya itu akan sangat berguna.

Bagi pria, mengungkap stres yang dimiliki berarti mempertontonkan kerentanannya, dan itu bukan sesuatu yang membuat pria gembira. Cara seperti itu bukanlah bagian dari kultur kompetitif pria.

Pria memang sering mengalami stres, tetapi menghadapinya dengan cara yang berbeda, cara yang bagi wanita mungkin terdengar menggelikan. Suatu survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Leeds University, Inggris, guna menyelidiki kegemaran favorit pria, yaitu minum bir seusai pulang kerja, mendapati bahwa hanya 9,5 persen saja dari mereka yang benar-benar menikmati minuman itu. Sebagian besar dari mereka, yaitu 85 persen, minum untuk menghilangkan stres.

Karena itu, wanita tak perlu merasa diabaikan bila suaminya memilih mengerami persoalannya sendiri dan tidak mengungkapkan perasaannya. Cukup perhatikan saja apakah taktik yang dipakai suaminya untuk meredam stres itu berhasil atau tidak, sambil bersiap-siap mendengarkan bila terlihat ia sudah siap bicara.

2. Tak Ingin Terlihat Lemah
Pria tidak mau mendongeng bagi anaknya di kamar tidur. Tidak mau mencuci. Selalu istrinya yang harus berinisiatif dengan bertanya ke mana mau pergi untuk liburan. Tidak mau pula mengerjakan permintaan istri untuk membereskan hal-hal sepele di seputar rumah.

Bagi istri, suami seperti itu tampak sangat malas dan tidak peduli, sehingga membuatnya jengkel. Padahal, lebih dari itu, kemungkinan besar pria itu merasa tak sanggup mengerjakan semua permintaan istri dengan baik.

Untuk diketahui saja, sebenarnya seorang pria butuh perasaan kompeten atau mampu, dan gemar memperoleh pujian atas apa yang berhasil dilakukannya dengan baik. Pria ingin merasa seperti jagoan. Bila suatu kegiatan membuat mereka merasa lemah, bodoh, tidak berdaya, mereka tak ingin melakukannya.

Karena itu, seorang istri tak perlu mengawasi dan membuntuti suaminya untuk memastikan semua yang diperintahkan benar-benar dikerjakan. Sebaliknya, hujanilah suami dengan pujian, betapa pun tampak repot upaya yang dilakukannya untuk memenuhi permintaan istri. Pujian seperti ini perlu diupayakan dua kali lipat oleh istri saat berada di tempat tidur bersama suami.

3. Beda Level
Mate Value Discrepancy (MVD), artinya kira-kira Kadar Keselevelan Pasangan, merupakan suatu hal yang tidak sopan dibicarakan oleh terapis dari biro konsultasi perkawinan ternama.

Untuk sederhananya saja, MVD adalah suatu upaya ilmiah untuk menguantifikasi apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat rupawan menikah dengan seseorang yang, katakanlah, sangat kurang rupawan. Banyak pasangan yang dalam hal penampilan wajah ini levelnya hanya beda sedikit. Meski begitu, selalu saja ada yang beda levelnya njomplang.

Suatu temuan penelitian yang sangat mengusik belum lama ini mengatakan, bila pihak wanita dalam suatu pasangan suami istri jauh lebih rupawan ketimbang sang pria, wanita itu jauh lebih berkemungkinan untuk berselingkuh ketimbang bila sang pria yang jauh lebih rupawan ketimbang sang wanita.

Jadi, terus terangnya saja, bila sang pria lebih rupawan, dia sebenarnya lebih bisa dipercaya ketimbang bila pihak wanita yang lebih rupawan.

Kata Dr. Persuad, dari pengalaman praktiknya, ada saja wanita-wanita yang datang mengeluhkan kekesalannya karena setelah sekian lama, ternyata pasangannya yang kurang rupawan bukanlah orang yang mereka inginkan atau dambakan.

Dalam pergaulan sehari-hari, kekesalan seperti ini pasti terkomunikasikan secara halus atau terang-terangan kepada pasangannya, sehingga membuat hubungan mereka menjadi tidak manis lagi.

Dari situ, ada kemungkinan pihak pria lalu akan merasa satu-satunya cara untuk menunjukkan kerupawanannya adalah dengan berada di pelukan wanita lain.

4. Ingin Merasa Penting
Ini mungkin juga merupakan persoalan klasik. Wanita yang sudah sedemikian berhasil membuat pria mudah merasa tertinggal. Perasaan mandiri yang besar pada wanita akan membuat pria merasa mereka tidak memiliki peran penting dalam kemajuan yang diperoleh pasangannya dalam hidup.

Hubungan yang kuat didasarkan pada perasaan dua belah pihak bahwa mereka masing-masing memiliki peran yang satu sama lain saling berpengaruh. Bila ini tidak terjadi dalam suatu perkawinan, sudah saatnya untuk menciptakan keseimbangan tersebut, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal dalam hubungan itu.
Selengkapnya...

Orientasi Seks Bukan Penyebab Mutilasi

Arus Pelangi, organisasi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender, mengecam stigma negatif terhadap kaum LGBT melalui pemberitaan kasus mutilasi baru-baru ini. Mereka menentang tudingan bahwa kaum LGBT identik dengan perilaku menyimpang yang mengarah tindakan keji.

Dalam peryataan sikap yang disampaikan ketuanya, Rido Triawan, Kamis (24/7), Arus Pelangi menyatakan kasus mutilasi dengan tersangka Verry Idam Henyansyah alias Ryan tidak layak dijadikan bukti untuk mengeneralisasi perilaku kaum gay. Sebab, orientasi seksual seseorang tidak dapat dijadikan acuan untuk menilai perilaku menyimpang.

Rido menyayangkan pernyataan sejumlah kriminolog dan psikolog yang menilai orientasi seksual Ryan sebagai motif mutilasi. "Saya mendesak



para pakar untuk membuktikan semua pendapat miring mereka terhadap kelompok LGBT secara ilmiah," katanya.



Arus Pelangi juga menuntut para pakar yang melontarkan stigma negatif terhadap kaum LGBT untuk memberikan klarifikasi jika tidak dapat membuktikan secara ilmiah bahwa orientasi seksual Ryan penyebab terjadinya mutilasi.



Rido mengingatkan, Asosiasi Psikiater Amerika pada tahun 1972 mengeluarkan rekomendasi bahwa kaum homoseksualitas harus dikeluarkan dari kategori masyarakat yang mengalami gangguan mental. Rekomendasi itu kemudian diperkuat resolusi WHO pada 1980 yang menyatakan kelompok homoseksual bukan penyandang cacat mental.



Berdasarkan pendapat ilmiah itu, Arus Pelangi membantah orientasi seksual Ryan yang menjadi penyebab terjadinya mutilasi, seperti dilontarkan para kriminolog. Mereka juga menuntut masyarakat dan media massa tidak memberikan stigma negatif terhadap kaum LGBT.
Selengkapnya...

Tiga Gay Ibukota Masih Bungkam

Diduga Terlibat Mutilasi Heri Santoso

JAKARTA Tiga warga diduga kelompok gay Ibukota yang ditangkap petugas di tiga lokasi terpisah di wilayah Depok, Jawa Barat, sampai Rabu (16/7) pagi masih bungkam saat diinterogasi oleh Polda Metro terkait kasus mutilasi Heri Santoso (40). Hingga kini polisi belum menetapkan satu pun tersangka dalam kasus pembunuhan Heri yang mayatnya ditemukan terpotong tujuh dalam tiga tas di Jl Kebagusan Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (12/7) pagi.

Tiga pria berpenampilan menarik berusia 30-an tahun itu ditangkap Tim Reserse Polda Metro Jaya, Selasa (15/7). Mereka ditangkap setelah petugas menemukan mobil Suzuki APV B 8986 HR milik almarhum yang diparkir Apartemen Margonda Garden Residence. Dua dari tiga orang tersebut tinggal di apartemen itu. Salah seorang dari mereka disebut-sebut berprofesi sebagai dokter.

"Ketiga pria rekan Heri Santoso itu sejak ditangkap kemarin



sampai saat ini statusnya masih sebagai saksi. Mereka diduga terlibat masalah cinta, termasuk sebagai kelompok gay Ibukota," kata Direktur Reserse Polda Metro Jaya Kombes Pol Carlo Brix Tewu kepada SP, Selasa (16/7).

Menurut Carlo, pihaknya masih memeriksa dan menahan tiga pria yang namanya masih dirahasiakan itu. "Pemeriksaan terus dilakukan dengan target mengungkap motif pembunuhan sesuai fakta di lapangan," ujarnya.

Pasalnya, sebelum penangkapan itu petugas menemukan sejumlah barang bukti antara lain, mobil milik korban, sebilah pisau ukuran sedang tersimpan mencurigakan dalam apartemen, dan kartu ATM almarhum dalam kondisi sudah dicairkan sebelum mutilasi.

Keberadaan tiga orang itu diketahui setelah petugas melengkapi bukti dan keterangan beberapa saksi yang diperiksa sebelumnya. Petugas langsung menuju sebuah rumah kontrakan di Pesona Kayangan dan Apartemen Margonda. Di sana tiga pria yang diduga teman dekat Heri telah diperiksa. Ada dugaan, aksi mutilasi dilakukan di sekitar apartemen tersebut.

Cinta Segitiga

Dalam pemeriksaan tiga pria itu, petugas juga mendalami adanya motif cemburu yang akhirnya menghabisi korban dengan sadis. Disinyalir, kecemburuan itu timbul karena adanya cinta segitiga dengan korban sampai berakhir dendam. Sebelumnya, petugas juga sudah memeriksa seorang pria sebagai saksi yang mengaku sebagai pacar korban.

Selengkapnya...

Belanja Murah